Selasa, 26 Desember 2017

KAKEKKU SEORANG PENDOBRAK

Mampu bersekolah adalah hal yang luar biasa dalam keluarga kami. Menurut ayah, kakek pernah berucap kepadanya, bahwa dia mau dengan susah payah menyekolahkan ayahku karena ingin menanamkan "bibit". Bibit yang nanti akan menumbuhkan generasi yang lebih baik dari yang ada saat ini.

Ayahku adalah anak ke empat dari sepuluh bersaudara. Dengan pekerjaan kakek sebagai petani dan diselingi dengan berkebun kelapa tentu sangat jauh dari berkecukupan. Bahkan untuk makan sehari-haripun terkadang hanya makan nasi dicampur dengan ubi kayu atau jagung.

Dapat dibayangkan, betapa susahnya kehidupan ayah pada waktu itu. Jangankan untuk bersekolah, dapat makan dengan layak saja sudah syukur. Namun, dengan adanya tekad yang kuat dari ayah dan keinginan adanya perubahan dalam keluarga dari kakek, paling tidak satu orang yang dapat bersekolah maka jalan apapun akan di tempuh.

Kakek termasuk orang yang taat  menjalankan agama. Walaupun tidak pernah bersekolah formal, tapi beliau ranjin menghadiri pengajian-pengajian rutin yang diselenggaran oleh tuan guru di kampung-kampung. Menurut ayah kakek dulunya berasal dari hulu sungai, tepatnya di kampung Nagara daerah Hulu Sungai Utara. Beliau masih ada hubungan darah dengan keluarga kerajaan zaman dahulu yang terdapat di daerah tersebut. Walau demikian beliau tidak pernah membanggakan itu, kecuali keinginan untuk tidak hidup terbelakang dan merubah nasib.

Dari kebiasaan inilah dan karena bergaul dengan orang yang satu majlis dengannya mungkin, yang menyebabkan kakek punya pikiran kedepan. Kakek menyadari dari kebiasaannya mengaji ke guru-guru agama dan ketika bertemu dengan orang-orang se-majlis. Bahwa kalau ia ingin merubah nasibnya dan nasib keluarganya maka mau tidak mau harus ada yang bersekolah dalam keluarganya. Walaupun keadaan ekonomi keluarga sangat tidak mendukung paling tidak ada satu orang dalam keluarga yang harus bersekolah. Itulah yang dikatakan beliau menanam "bibit", dan waktu itu ayahlah yang punya kemauan kuat untuk bersekolah.

Begitulah pemikiran kakek. Rupanya beliau menyadari bahwa, kalau ingin berubah maka harus dimulai dari sekarang. Kemiskinan dan kebodohan ibarat mata rantai yang sangat kuat membelenggu kehidupan manusia. Kalau ingin terlepas, maka ia harus memutus mata rantai itu. Dengan mulai menanam, walau hanya satu bibit, barangkali bibit inilah kelak yang akan tumbuh, berbuah dan akan melahirkan bibit-bibit baru yang bisa merubah nasib dari garis kerurunannya..

DUNIA YANG PARADOKS

DUNIA YANG PRADOKS

Manusia senantiasa selalu berada diantara salah satu dari dua kutub yang berlawanan dalam kehidupannya. Ada kebaikan ada pula kejahatan. Ada kebahagiaan ada pula kesedihan. Ada kesusahan ada kesenangan. Ada kesuksesan ada pula kegagalan.

Demikian pula keadaan dan kejadian yang ada di alam ini. Ada siang ada malam. Ada terang ada gelap. Ada panas ada dingin. Ada yang besar dan ada yang kecil dst. Semuanya itu sebenarnya bukan berdiri sendiri-sendiri dan disikapi sebagai sesuatu yang tidak boleh ada salah satu sisinya dalam kehidupan. Semuanya itu sebenarnya diciptakan dan dihadirkan serta untuk dialami oleh manusia. 

Keduanya laksana sekeping mata uang, salah satu sisinya saling melengkapi terhadap sisi yang lain. Begitulah kehidupan, ia tidak bisa dimaknai secara sepotong-sepotong. Pengalaman dan perjalanan hidup yang paradoks menjadikan kehidupan yang kita jalani begitu bermakna dan sarat dengan arti.

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw: "Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya."

Karena itulah sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk terpuruk pada satu keadaan atau malah terlena pada keadaan yang lainnya.

Wallahu'alam..

Senin, 25 Desember 2017

Kebiasaan "MAMADAR" Anak Pondokan.



Kebiasaan MAMADAR Anak Pondokan.

Ketika di pesantren salah satu kebiasaan yang ditentang keras dilakukan oleh santri adalah tidur setelah sholat Subuh. Konon mereka yang terbiasa tidur setelah sholat Subuh akan mewarisi kefakiran (hidup miskin). Namun, sekalipun kebiasaan itu “terlarang” dilakukan, tetapi ada saja santri yang melakukannya. Ada berbagai macam alasan tentunya yang menyebabkan mereka tidur setelah sholat Subuh walapun mereka tahu, apa yang dilakukan itu “terlarang”.

Tidur setelah sholat Subuh di kalangan santri Kalimantan, Kalimantan Selatan khususnya disebut dengan Mamadar (mematangkan nasi yang setengah matang) biasanya dilakukan dengan mengecilkan api di tungku agar nasi tidak hangus. Dipinjam kata Mamadar adalah untuk  menyebut tidur setelah sholat Subuh, mungkin saja karena sesuai dengan kehidupan santri dengan kesibukannya belajar selama 24 jam di pesantren. Kesibukan ini menguras tenaga dan pikiran mereka, mulai dari pangi, siang, hingga malam, dan tidak jarang hingga larut malam. Karena berjaga pada malam hari hingga larut malam, maka sebagian santri menjadi berkurang porsi tidurnya, dan untuk melengkapi kekurangan itu terpaksa sebagian mereka menambalnya dengan melakukan tidur setelah sholat Subuh (Mamadar). Supaya tidur yang tadinya masih setengah matang bisa betul-betul matang.

Nah, penomena ini ternyata kita dapati juga pada tokoh kaliber nasional asal Kalimantan Selatan, jebolan pesantren; Dr. Idham Chalid. Berikut akan saya tuliskan kembali  dari koran Tempo kolom Pokok & Tokoh terbitan lawas, 01 April 1978.

-------------
Suatu malam teman2 K.H. Dr. Idham Chalid mengadakan ramah tamah di rumahnya. Hadir antara lain Nuruddin Lubis, K.H. Syaifuddin Zuhri, Chalid Mawardi, Thayib M. Gobel, dan K.H. Masykur.

Acara berlansung dengan santai. Ketika satu-satu tamu Idham Chalid akan pulang, tiba2 tuan rumah bertanya: "Eh, siapa ya yang bisa ngajari saya main golf? Saya pengen main golf." Tidak jelas apakah Idham menemukan guru golf, tetapi niatnya mau main golf ini memang mempunyai cerita tersendiri, yang lucu.

Sekitar tahun 1970, Presiden Soeharto memberi hadiah empat tongkat golf kepada Idham Chalid. Idham yg mahir empat bahasa: Arab, Inggris, Jepang dan Belanda ini membaca buku tentang main golf. Dia juga telah membeli bola golf. Tapi kesempatan berlatih baginya tak kunjung tiba. Beberapa bulan kemudian malahan tongkat golfnya itu dijadikan alat untuk menggebuki kasur oleh pembantunya..

Dan Idham memang mempunyai alasan sendiri, mengapa dia hingga kini belum juga latihan golf. "Habis, main golf itu kan sore, waktu sembahyang Ashar," ujar Idham menangkis. "Kan bisa pagi Pak, sesudah subuh," sela seorang tamu. Idham menjawab cepat: "Wah, sesudah subuh, biasanya saya kembali tidur."..

Demikian, huduuup santri..


Minggu, 24 Desember 2017

UNTUK PARA IBU

Sebagai seorang ibu rumah tangga dan sekaligus sebagai pengasuh anak-anak, Anda mungkin pernah merasakan begitu jengkelnya dengan ulah si kecil.

Bayangkan ketika Anda sedang seriuas mengerjakan pekerjaan rumah, disaat memasak di dapur, sambil nyuci piring, bersih-bersih rumah bahkan sambil nyuci pakaian. Tiba-tiba si kecil datang kepada Anda meminta sesuatu. Ketika Anda memberikan apa yang ia minta, tiba-tiba ia melemparkan apa yang Anda berikan. Si kecil menangis sejadi-jadinya sambil berteriak bahwa apa yang Anda berikan tidak sesuai dengan keinginannya. Andapun bingung setengah mati, berupaya meredakan si kecil yang menangis meronta-ronta. Anda katakan begini, dia bilang begitu. Pokoknya semuanya tidak ada yang sesuai dengan keinginannya.

Dengan setumpuk pekerjaan yang menanti Anda untuk menyelesaikannya yang tidak bisa Anda tuda, sementara keadaan si kecil yang demikian tentunya menjadikan emosi Anda mulai memuncak. Perasaan bercampur aduk datang menghampiri Anda, kesal, marah dan stres. Seandainya bukan anak Anda mungkin akan Anda plintir-plintir saja biar dapat melampiaskan segala apa yang Anda rasakan.
 
Begitulah, setiap orang tua pasti merasakan betapa beratnya menjadi orang tua, terutama sebagai seorang ibu. Mengasuh anak ditambah dengan pekerjaan yang menumpuk bukanlah pekerjaan yang ringan. Disinilah seorang ibu dituntut untuk dapat berbuat sabar tingkat tinggi. Karena inilah ujian yang diberikan kepada seorang ibu rumah tangga, apabila ia mampu bersabar pahala yang besar akan menjadi miliknya. Namun apabila ia tidak dapat berbuat sabar maka bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apabila ini terjadi maka kerugian bukan hanya terjadi pada diri Anda, tetapi juga kepada anak Anda dan masa depannya, bahkan tidak hanya di dunia bisa saja sampai ke akhiran kelak.

Tapi cobalah Anda lihat, perhatikan dengan seksama ketika anak anda tertidur. Pandanglah muka anak Anda, apakah yang Anda lihat di sana. Betapa kedamaian, seolah surga ada di depan Anda. Ia tertidur lelap dengan wajah yang bersih tanpa dosa. Melihat ini, semua yang telah Anda rasakan, rasa kesal, jengkel, marah bahkan stres yang anda rasa sebelumnya mendadak hilang, lenyap sirna entah kemana. Tidak terasa penyesalan hinggap di hati Anda, air matapun menetes membasahi pipi Anda, perlahan Anda cium pipi anak Anda yang sedang lelap tertidur sambil Anda elus-elus dengan lembut kepalanya. 

Perasaan bersalahpun tiba-tiba bergelayut menghampiri Anda. Di dalam hati, Anda berbisik: “Maafkan ibu nak, ibu tidak benar-benar marah kepadamu, tetapi ibu sangat sayang kepadamu dan tujuan ibu adalah untuk mendidikmu”. Ya, begitulah seorang ibu, tidak ada seorang ibu yang benar-benar marah kepada anak yang dicintainya. 

PERUBAHAN DI DUNIA PESANTREN

MENURUT PARA AHLI setidaknya ada tiga perubahan besar yang terjadi di dunia pesantren saat ini. 

Pertama, dahulu pesantren pada masa awal perkembangnnya hanya mengajarkan kitab-kitab kuning (kalsik) dengan materi ilmu-ilmu keagamaan. Saat ini para santri tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu agama tetapi mereka juga diajari ilmu-ilmu umum, seperti Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris dan lain-lain.

Kedua, kekuatan akar pesantren di tengah-tengah masyarakat karena peranannya yang memilih lebih dekat dengan wong cilik dan ikut serta dalam memecahkan segala persoalan yang dihadapinya baik persoalan pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya. Berdirinya pesantren dahulunya tumbuh dan berkembang di masyarakat pedesaan akan tetapi sekarang panyak pesantren tumbuh subur di masyarakat perkotaan. Sehingga saat ini pesantren yang awalnya berpihak kepada masyarakat yang tidak mampu sebagai pendidikan alternatif bagi mereka yang ekonominya lemah, kini telah berubah menjadi lembaga pendidikan ekslusif yang hanya dapat dinikmati oleh mereka yang tergulung ekonominya baik.

Ketiga, dalam hal kepemimpinan, kepemilikan pesantren hanya di kuasai oleh seorang Kiai dengan sistem kepemimpinan turun temurun layaknya sebuah kerajaan. Pada masa ini beberapa pondok pesantren tidak lagi dipimpin secara individual oleh seorang kiai, tetapi dipimpin secara kolektif dengan payung hukum yayasan. Dimana pada pesantren tradisional kita mengenal dengan sebutan “Kiai Nasab” (kiai karena keturunan), akan tetapi seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya seorang yang memimpin di pesantren bisa juga disebut sebagai “Kiai Nasib”, jadi kiai karena nasib mujur… hehehe..

Salam untuk semua Santri…

ALA PESANTREN

Diantara keunikan kehidupan di Pesantren yang sanagat  bersahaja adalah kebiasaan memberikan gelar kepada teman sesama santri. Hampir tidak ada santri yang tidak punya gelar ketika mereka masih mondok di pesantren.

Adapun hal ihwal gelar ini di dapat, sangat bermacam-macam riwayatnya (istilah pesantren asbabun nuzulnya). Bisa saja gelar diberikan karena terlalu banyak nama yang sama atau mirip dan sulit untuk membedakan misalnya nama Ahmad, Taufik atau Udin. Bisa juga gelar di berikan karena sifat, perawakan atau kelakuan santri tersebut.

Gelar-gelar inipun bermacam-macam jenisnya mulai dari yang agak keren, lucu, mengengejek, nama binatang, bahkan sampai kepada yang seram-seram. Nama asal daerah santri yang bersangkutan juga sering dijadikan untuk pemberian gelar.

Kehidupan di pesantren memang unik, seunik lembaga yang dikatakan sebagai lembaga pendidikan asli kepunyaan Indonesia ini. Hal ini mungkin disebabkan berbagai macam jenis, latar belakang dan status sosial santri yang datang dari segenap penjuru yang ingin menimba ilmu di pesantren. Di pesantren mereka bercampur baur, melebur menjadi santu.

Kelak setelah mereka berhasil menamatkan pendidikannya di pesantren, segenap pengalaman  termasuk gelar yang mereka dapat terpatri kuat di dalam benak mereka. Bahkan sering terjadi setelah mereka berjumpa lagi untuk reonian di pesantren, yang lebih diingat justru gelar ketimbang naman aslinya.

PENGALAMAN HIDUP

Beginilah keadaan jalan menuju ke kampung saya kalau musim hujan tiba. Ini adalah satu-satunya jalan yang dapat diakses melalui jalur darat atau kalaupun ada jalan, ini masih jauh lebih baik. Ada memang beberapa jalur lain yang dapat ditempuh untuk menuju ke sana, namun hanya bisa ditempuh dengan menggunakan Jukung (sampan) atau Kalutuk (perahu bermesin) dan tidak bisa dilewati oleh kapal yang tergolong besar, karena keterbatasan luas Handil (sungai)  serta adanya pendangkalan yang terjadi.

Kalau ditarik kebelakang, jalan ini sudah jauh lebih baik dibanding 20 tahun yang lalu sejak saya dikirim ke pesantren oleh orang tua saya. Dulu, dibagian hilir jalan ini, menuju kemuara setiap hari saya berjalan kaki pulang pergi ke sekolah yang jaraknya sekitar 3 km dari rumah. Kalau ditotal saya berjalan kaki setiap harinya sejauh 6 km, karena tidak ada pilihan lain, satu-satunya sekolah Madrasah Tsanawiyah Swasta yang ada di kampung yang paling dekat.

Dengan kondisi jalan setapak yang sangat buruk, berlumpur dan kadang tergenang air serta dikiri kanan  ditumbuhi pepohonan dan semak tidak mematahkan semangat saya untuk terus tetap sekolah. Setiap rerumputan, rimbunnya pepohonan, lebatnya semak belukar yang saya lewati dalam setiap langkah, saya jadikan motivasi bahwa mereka turut berdo’a untuk kesuksesan saya di masa depan.

Tidak sekali dua ketika terjepit waktu saya berlari menuju ke sekolah sambil menenteng sandal atau sepatu dengan kondisi jalan yang licin dan berlumpur setinggi mata kaki, tiba-tiba di tengah jalan melintang seekor ular yang sendang mencegat mangsanya. Dengan kondisi jalan yang licin tidak mungkin saya dapat mengerem lajunya lari saya, kalupun bisa ada kemungkinan saya akan tergelincir dan jatuh menimpa ular, saya tidak berani mengambil resiko ini. Kalau sudah begini tidak ada jalan lagi bagi saya, selain melompat setinggi-tingginya lalu lari sekencang-kencangnya tanpa sempat menoleh kebelakang.

Walaupun saya tidak pernah di kejar anjing atau babi hutan, namun karena yang dilewati hutan belantara, sesekali juga bertemu dengan anjing atau babi hutan yang kebetulan lewat melintas di tepi jalan. Kenangan yang menggelikan adalah ketika saya dikejar oleh segerombolan Warik (kera hutan) atau ketika pagi-pagi bertemu dengan sekelompok Berang-Berang yang terkejut dengan kedatangan saya, tiba-tiba mengejar. Kontan saja saya lari terbirit-birit sambil ngakak sendiri sambil mengeluarkan sumpah serapah.

Suatu ketika ayah saya membelikan saya sepeda, maksud beliau ingin mempermudah saya pulang pergi ke sekolah. Namun dengan mengendarai sepeda bukannya mempermudah saya, bahkan menambah beban saya menjadi berlipat. Dengan kondisi jalan yang sangat buruk serta jembatan yang haya dibuat dari batang kayu gelondongan sebesar paha orang dewasa atau dari batang pohon kelapa tidak mungkin dilewati dengan mengendarai sepeda. Jadilah saya bergantian, kalau tadinya saya yang naik sepeda tetapi kalau ada jembatan atau jalan yang berlubang dan berlumpur sepedalah yang naik ke saya.

Sepedapun saya tinggalkan, saya lebih memilih berjalan kaki, kecuali di saat kemarau jalan menjadi kering, walaupun kalau bertemu jembatan tetap saja sepeda yang naik ke saya. Alternatif lain kalau sudah merasa bosan dan letih berjalan kaki, saya mengayuh Jukung (sampan kecil) melalui sungai kecil, kami menyebutnya Handil. Dengan mengayuh jukung setidaknya saya tidak berbecek-becek dan setiap sampai di sekolah harus mencuci celana sampai selutut.

Karena terlalu pagi berangkat ke sekolah terkadang saya tidak sempat untuk sarapan dan karena keterbatasan ekonomi saya jarang-jarang mendapatkan uang jajan. Kebiasaan buruk ini ternyata berakibat pada lambung saya, sehingga rasa perih dan mual sering saya rasakan ketika pulang dari sekolah. Uniknya ketika saya sudah berada di pesantren keluhan perih dan mual saya berangsur-angsur menghilang. Mungkin ketika hidup di pesantren pola makan saya menjadi teratur walaupun dengan menu seadannya, tetapi bagi saya itu sudah istemewa karena apabila dibandingkan dengan menu di rumah itu sudah lebih baik.

Saya merasa bersyukur, disaat orang lain bermasalah dengan menu yang ada di pesantren, saya justru menikmatinya. Pesantren bagi saya adalah sebuah kemewahan bila dibanding dengan kehidupan dan sekolah saya sebelumnya. Di saat orang lain merasa terpenjara dan dimarjinalkan saya justru menikmati.
  
Begitupun pula ketika beberapa hari yang lalu, untuk kesekian kalinya saya berkunjung ke rumah orang tua saya. Kembali menjenguk handai taulan dengan keadaan jalan seperti yang saya ambil gambarnya. Saya masih tetap bersyukur, bahwa saat ini masih lebih baik dari ketika 20 tahun yang lalu saat saya masih bersekolah.

PROFIL PONDOK PESANTREN AL FALAH BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

PROFIL PONDOK PESANTREN AL FALAH BANJARBARU
KALIMANTAN SELATAN

1.    Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al Falah
Pondok Pesantren Al Falah didirikan pada tanggal 26 Juli 1975 Miladiyah atau bertepatan dengan 06 Rajab 1395 Hijriyah. Pondok Pesantren Al Falah terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani Kelometer 23.500, RT. 006 RW. 002 Kelurahan Landasan Ulin Tengah, Kecamatan Liang Anggang, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Dengan letak yang cukup  strategis dan berada di Jalan Protokol, berjarak 23 kelometer dari Banjarmasin Ibukota Propensi Kalimantan Selatan, 2 kelometer  dari Bandara Samsuddin Noor serta 13 kelometer dari kota Banjarbaru.
Pendirian Pondok Pesantren Al Falah diprakarsai oleh K.H. Muhammad Tsani yang dikenal dengan guru Tsani. Beliau adalah seorang ulama dan mubaliq, juga dikenal sebagai seorang pejuang yang tidak asing lagi di Kalimantan Selatan bahkan hingga ke pulau Jawa, Sumatera dan Malaysia.
K.H. Muhammad Tsani adalah seorang muballig atau sebagai guru agama yang memimpin majlis ta’lim baik di masjid, mushalla, langgar dan di rumah-rumah warga. Beliau sangat terkenal di Banjarmasin, khususnya di daerah Pasar Lama, di daerah beliau berdomisili. Beliau jaga dikenal oleh para pedagang, khususnya masyarakat alabio sebagai tuan guru mereka. Beliau juga terkenal dermawan sehingga pada bulan puasa beliau suka sekali menjamu berbuka puasa di langgar beliau.
K.H. Muhammad Tsani dalam perjuangannya dibidang pendidikan tercatat cukup dekat dengan Dr.K.H. Icdham Chalid ketika beliau berada di Jakarta.  Beliau dipercaya oleh Dr. K.H. Icdham Chalid untuk membangun sebuah madrasah yang diberi nama dengan Darul Ma’arif. Setelah pembangunan madrasah selesai, beliau ditawari oleh Dr.K.H. Icdham Chalid untuk memimpin madrasah tersebut, namun tawaran tersebut ditolak beliau dengan halus. Beliau mengatakan bahwa masyarakat Kalimantan Selatan masih mendapat perhatian beliau.
K.H. Muhammad Tsani terkenal sangat cerdas dalam menganalisa terhadap nilai-nilai pendidikan di suatu daerah. Beliau berpendapat bahwa masyarakat Kalimantan masih tertinggal jauh dalam bidang pendidikan dibading dengan daerah-daerah lainnya. Dari sinilah cikal bakal atau embrio yang kemudian menjelma hingga melahirkan Pondok Pesantren Al Falah.
Selain K.H. Muhammad Tsani tercatat beberapa orang yang seperjuangan dengan beliau saling bahu membahu dalam membesarkan Pondok Pesantren Al Falah. Dibidang keuangan pada waktu itu adalah H. Uriansyah (alm.), beliau ini terkenal sebagai pedagang besar di kota Banjarmasin. Dibidang manajemen dan pendidikan adalah K.H. Mujtaba Ismail, MA, beliau adalah alumnus S 2 dari Universitas Ummul Qura’ Mekkah Saudi Arabia, beliau ini juga menjabat sebagai Sekretaris Umum Yayasan.  
Nama “Al Falah” sendiri diambil dari lafadz azan yaitu “hayya a’lal falah” yang bermakna “marilah menuju kepada keberuntungan”. Maka dengan kata ini merupakan do’a dari para pendiri semoga orang-orang yang berada di dalamnya dan mereka yang menimba ilmu di Pondok Pesantren Al Falah selalu mendapat keberuntungan dan keselamatan di dunia dan akhirat.
Sejak awal berdirinya Pondok Pesantren Al Falah hanya mempunyai 26 orang santri saja serta dengan bagunan pesantren yang sangat sederhana. Setelah itu dari tahun ke tahun orang tua yang ingin menyekolahkan anak-anak mereka ke Pondok Pesantren Al Falah makin banyak dan terus meningkat. Sejak tahun 1993 sampai saat ini rata-rata santri Pondok Pesantren Putera Al Falah Banjarbaru tidak kurang dari seribu orang.
Pondok Pesantren Al Falah telah membuktikan dirinya sebagai lembaga pendidikan dan dakwah serta sebagai lembaga sosial kemasyarakatan yang tumbuh dari bawah. Pertumbuhan ini secara pelahan berkembang dan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, hingga memberikan warna tersendiri yang khas di tengah-tengah masyarakat.
Pondok Pesantren Al Falah telah memberikan andil dalam mencetak para santri untuk menjadi kader ulama yang menjadi juru dakwah sebagai penerang yang akan menuntun umat Islam dalam mewujudkan pembangunan manusia yang seutuhnya. Hal ini dilatarbelakangi oleh kesadaran betapa pentingnya pendidikan bagi proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. 
2.    Letak Geografis
Adapun keadaan geografis Pondok Pesantren Putera Al Falah Banjarbaru terletak di wilayah Rt. 006 Rw. 002 Jalan Jenderal Ahmad Yani kilometer 23.500 Kelurahan Landasan Ulin Tengah Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Letaknya cukup strategis yaitu 23 kelometer dari kota Banjarmasin Ibukota Propensi, 13 kelometer dari kota Banjarbaru dan hanya berjarak 2 kelometer dari Bandara Syamsuddin Noor. Pondok Pesantren Putera Al Falah berhadapan langsung jalan Protokol, sebelah barat atau samping kanan terletak Pondok Pesantren Puteri Al Falah sedangkan timur dan selatan terdapat pemukiman penduduk yang lumayan padat.
Letak geografis yang sangat mendukung serta transfortasi sangat mudah karena letaknya di pinggir jalan protokol menjadikan Pondok Pesantren Al Falah sebagai tujuan orang-orang tua menyekolahkan anaknya ke pesantren. Tidak mengherankan para santri yang menimba ilmu di Pondok Pesantren Al Falah berdatangan dari berbagai penjuru tanah air, khususnya dari Kalimantan sebagian Sumatera dan Jawa.
3.    Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan
Berdirinya Pondok Pesantren Al Falah dimotivasi keinginan untuk ikut membina kader-kader pemimpin agama melalui lembaga pendidikan agama. Motivasi ini terbit setelah K.H. Muhammad Tsani melihat dan merasakan bahwa kader-kader ulama/ pemimpin Islam semakin berkurang disamping di Kalimantan Selatan belum begitu berkembang lembaga pendidikan berbentuk pesantren.
Berangkat dari motivasi ini akhirnya dirumuskan visi, misi dan tujuan  pendidikan Pondok Pesantren Al Falah, yaitu sebagai berikut:
A.  Visi Pondok Pesantren Al Falah adalah: 
“Penguasaan ilmu fardhu ‘Ain dan kifayah mengakar di tengah masyarakat, berorientasi kepada imtaq dan iptek menuju hidup mandiri”.
B.  Misi Pondok Pesantren Al Falah adalah:
a.    Melaksanakan amanat akidah ahlussunnah wal jama’ah melalui pengembangan pendidikan secara kualitatif dan kuantitatif.
b.    Memberdayakan kader perjuangan muslim yang berwawasan ahlussunnah wal jama’ah.
c.    Mengembangkan potensi kemanusiaan dengan segala dimensinya, baik dimensi intelektual, moral, ekonomi, sosial dan kulturan dalam rangka menciptakan SDM yang handal.
C.  Tujuan jangka panjang Pondok Pesantren Al Falah adalah untuk menyiapkan generasi muda yang mampu menghadapi tantangan zaman.
4.    Jenjang Pendidikan dan Kurikulum Pondok Pesantren Putera Al Falah 
Santri yang menimba ilmu di Pondok Pesantren Putera Al Falah Banjarbaru diwajibkan melalui tiga jenjang pendidikan, biasanya secara normal ketiga jenjang pendidikan ini dapat ditempuh selama 7 tahun dengan perincian:
a.    Tingkat Tajhizi (persiapan), ditempuh dalam satu tahun.
b.    Tingkat Wustha, (menengah) ditempuh dalam waktu tiga tahun.
c.    Tingkat Ulya, (atas) ditempuh dalam waktu tiga tahun.
Pada jenjang pendidikan Tajhizi, Wustha, dan Ulya kurikulum yang digunakan adalah kurikulum pondok pesantren klasik yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Al Falah sendiri. Pada jenjang ini santri khusus hanya mempelajari pelajaran agama saja, yaitu pendalaman terhadap kitab-kitab klasik. Hari belajar adalah hari sabtu sampai dengan kamis dan libur pada hari Jum’at, untuk waktu pembelajaran adalah mulai jam 07.45  sampai dengan 12.30.
Selain itu Pondok Pesantren Al Falah Banjarbaru juga menyelenggarakan pendidikan madrasah. Terdapat dua madrasah yang ada di Pondok Pesantren ini, yaitu Madrasah Tsnawiyah Al Falah Putera dan Madrasah Aliyah Al Falah Putera. Pada jenjang ini siswa mempelajari kurikulum madrasah pada umumnya. Pembelajaran dilaksanakan pada siang hari, mulai dari jam 14.00 sampai dengan 17.30.
5.    Prestasi Sekolah
Santri pondok pesantren Al Falah Banjarbaru juga telah banyak menorehkan prestasi akademik dan non akademik. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah berikut ini:
Tabel 1.
Prestasi Akademik dan Nonakademik yang Pernah Diraih

No


Kejuaraan

Tingkat

Tahun
1
Juara II Lomba MQK3 
Nasional
2008
2
Juara III Festival Maulid Habsyi DPW PKB Kalsel 

Provinsi

2008
3
Juara Umum Bahasa dan Kaligrafi Tingkat SLTA/MA 

Provinsi

2008
4
Juara I Putra Festival Maulid Sal Habsyi
Kecamatan
2008
5
Juara I Putra Gebyar Maulid Piala Wakil Gubernur

Provinsi

2009
6
Juara III Putra Gebyar Maulid Piala Wagub
Kabupaten
2009
7
Juara II Festival Maulid (Festival ”Ad Durun Nafis) XI Gubernur

Provinsi

2009
8
Piala Bergilir piala Gubernur
Provinsi
2010
9
Juara II Festival Maulid Al Habsyi RRI Banjarmasin

Provinsi

2009
10
Juara III Cerdas Cermat Pekan Olimpiade Komputer se Kalsel 
Provinsi
2010
11
Juara II Festival Seni baca Syair Maulid Habsyi DPD Golkar Banjarbaru

Kabupaten

2011
12
Juara I Putra Lomba antar Penggalang HUT ke 4 Gudep 119-120 SMAN Alalak Batola

Kabupaten

2011
13
Juara I Remaja Pemilihan Da’i Lingkungan Abdi Persada FM

Provinsi

2011
14
Juara II Lomba Da’wah Islam HUT SMAN 1 Martapura

Kabupaten

2012
15
Juara III Lomba baca puisi putra HUT SMAN 1 Martapura

Kabupaten

2012
16
Juara Favorite Lomba Kaligrafi HUT SMAN 1 Martapura

Kabupaten

2012
17
Terbaik I Pemilihan Da’i Kalsel Gedung Sultan Suriansyah Banjarmasin

Provinsi

2012
18
Juara III Lomba Kaligrafi se kab. Banjar, Banjarbaru dan Banjarmasin

Provinsi

2012
19
Juara I Lomba Kaligrafi Tahun Baru Islam
Kabupaten
2012
Sumber: TU Pondok Pesantren Putera Al Falah Banjarbaru
6.    Keadaan Santri
Adapun jumlah santri di Pondok Pesantren Putera Al Falah Banjarbaru adalah 1.678 orang. Dengan perincian sebagai berikut:
1.    Santri yang memondok/mukim                     : 1.546 orang
2.    Santri yang pulang pergi/PP                         :    132 orang
3.    Siswa Madrasah Tsanawiyah                        :    709 orang
4.    Siswa Madrasah Aliyah                                :    300 orang  
Keseluruhan santri tersebut kalau diklasifikasi secara tingkatan adalah sebagai berikut; santri tingkat Tajhizi sebanyak 495 orang dengan 12 rombel. santri tingkat Wushta sebanyak  838 orang, dengan perincian santri tingkat I Wustha sebanyak 343 orang dengan 8 rombel, santri tingkat II Wustha sebanyak 301 orang dengan 7 rombel, dan santri tingkat III wustha sebanyak 194 orang dengan 5 rombel. Adapun santri tingkat Ulya terdiri dari 342 orang dengan perincian santri tingkat I Ulya sebanyak 110 orang dengan 3 rombel, santri tingkat II Ulya sebanya 115 orang dengan 3 rombel, dan santri tingkat III Ulya sebanyak 117 orang dengan tiga rombel.
Sementara dalam pengaturan ruang kelas, secara keseluruhan terdapat 41 ruang kelas yang masing-masing terdiri dari 12 kelas untuk santri tingkat Tajhzi.  Adapun santri tingkat Wustha terdapat 20 kelas dengan perincian 8 kelas untuk santri kelas I Wutha, 6 kelas untuk santri kelas II Wustha, dan 5 kelas untuk santri kelas III Wustha.  Adapun santri tingkat Ulya terdiri dari 9 ruang kelas dengan perincian; 3 ruang kelas untuk santri kelas I Ulya, 3 ruang kelas untuk santri kelas II Ulya, dan 3 ruang kelas untuk santri kelas III Ulya.
Tabel 2
Keadaan Santri Pondok Pesantren Putera Al Falah Banjarbaru
Tahun Pelajaran 2013/2014


No

Santri Kelas
Mukim
PP
Jumlah
Ket.
1
2
3
4
5
6
01
Tajhizi A 1
43
0
43

02
Tajhizi A 2
39
1
40

03
Tajhizi B 1
41
0
41

04
Tajhizi B 2
40
1
41

05
Tajhizi C 1
38
1
39

06
Tajhizi C 2
38
4
42

07
Tajhizi D 1
41
1
42

08
Tajhizi D 2
40
2
42

09
Tajhizi E 1
40
2
42

10
Tajhizi E 2
40
1
41

11
Tajhizi F 1
38
3
41

12
Tajhizi F 2
37
4
41

Total Santri Tajhizi
475
20
495






13
I A Wustha
40
3
43

14
I B Wustha
40
3
43

15
I C Wustha
41
3
44

16
I D Wustha
42
2
44

17
I E Wustha
41
1
42

18
I F Wustha
39
2
41

19
I G Wustha
41
2
43

20
I H Wustha
38
5
43

Jumlah Kelas I Wustha
322
21
343

20
II A Wustha
83
5
43

21
II B Wustha
39
3
42

22
II C Wustha
44
0
44

23
II D Wustha
39
6
45

24
II E Wustha
35
7
42

25
II F Wustha
39
3
42


II G Wustha
41
2
43

Jumlah Kelas II Wustha
275
26
301

26
III A Wustha
35
3
38

27
III B Wustha
33
5
38

28
III C Wustha
36
4
40

29
III D Wustha
36
2
38

30
III E Wustha
37
3
40

Jumlah Kelas II Wustha
177
17
194

Total Santri Wustha
774
64
838






31
I Ulya A
32
4
36

32
I Ulya B
32
5
37

33
I Ulya C
31
6
37

Jumlah kelas I Ulya
95
15
110

34
II Ulya A
36
2
38

35
II Ulya B
30
9
39

36
II Ulya C
33
5
38

Jumlah Kelas II Ulya
99
16
115

37
III Ulya A
39
0
39

38
III Ulya B
29
10
39

39
III Ulya C
28
11
39

Jumlah Kelas III Ulya
96
21
117

Total Santri Ulya
290
52
384


Sumber: TU Pondok Pesantren Putera Al Falah Banjarbaru
  

Tabel 3
Jumlah Santri Al Falah Awal dan Akhir Tahun Pelajaran

NO
Th.Pelajarn
Awal Tahun
Akhir Tahun

KET.
Santri
Santri
Keluar
Baru
Lama
Juml.
Baru
Lama
Juml.

1
2009 /2010
      377
   1.052
      1.429
       335
    1.034
     1.369
          60
 Lulus dan berhenti
2
2010 /2011
      444
   1.036
      1.480
       268
    1.004
     1.272
        208
 Lulus dan berhenti
3
2011 /2012
      418
   1.078
      1.496
       330
       775
     1.105
        391
Lulus dan berhenti

4
2012 /2013
      507
   1.106
      1.613
357
921
1.278
144
Lulus dan
Berhenti
5
2013 /2014
      495
1.180   
      1.675





Sumber: TU Pondok Pesantren Putera Al Falah Banjarbaru


Tabel 4
Data Asrama dan Penghuni Asrama
Pondok Pesantren Putera Al Falah Banjarbaru


No

Nama Asrama

Jumlah

No

Nama Asrama

Jumlah
01
Babussalam
24 orang
26
Inggris Area
30 orang
02
Babuthaibah
24 orang
27
Sa’ad
28 orang
03
Baburrahmah
24 orang
28
Said
30 orang
04
Babul Atiq
24 orang
29
Abdurrahman
30 orang
05
Baburridhwan
24 orang
30
Abu Ubaidah
30 orang
06
Abu Bakar
30 orang
31
Zabair
30 orang
07
Umar
30 orang
32
Zaid
30 orang
08
Utsman
30 orang
33
Hamzan 1
30 orang
09
Ali
30 orang
34
Hamzah 2
30 orang
10
Thalhah
30 orang
35
Ja’far 1
30 orang
11
Malik 1
30 orang
36
Ja’far 2
30 orang
12
Malik 2
30 orang
37
K.H.M. Tsani 1
30 orang
13
Malik 3
30 orang
38
K.H.M. Tsani 2
30 orang
14
Malik 4
30 orang
39
K.H.M. Tsani 3
30 orang
15
Malik 5
30 orang
40
K.H.M. Tsani 4
30 orang
16
Malik 6
30 orang
41
K.H.M. Tsani 5
30 orang
17
Malik 7
30 orang
42
K.H.M. Tsani 6
30 orang
18
Malik 8
30 orang
43
Muhajirin
20 orang
19
Malik 9
30 orang
44
Anshor
25 orang
20
Malik 10
30 orang
45
Tahfizh
30 orang
21
Malik 11
30 orang
46
Hasan
35 orang
22
Malik 12
30 orang
47
Husin
35 orang
23
Malik 13
30 orang
48
Bukhari
35 orang
24
Malik 14
30 orang
49
Muslim
35 orang
25
Arabec Area
30 orang
50
Maliki
30 orang
            Sumber: TU Pondok Pesantren Putera Al Falah Banjarbaru


7.    Keadaan Ustadz/Guru dan Karyawan
Adapun jumlah Ustadz, guru pelajaran umum, karyawan Pondok Pesantren Putera Al Falah Banjarbaru berjumlah   orang. Dengan perincian sebagai berikut:
a.         Ustadz                                                        : 64 orang
b.        Karyawan kantor                                        : 11 orang
c.         Petugas Perpustakaan                                 :   2 orang
d.        Petugas Dapur, tukang masak                    : 14 orang
e.         Petugas Kebersihan                                    :   6 orang
f.         Petugas Keamanan/Satpam                        :   4 orang
g.        Sopir                                                           :   1 orang
h.        Petugas Wartel                                           :   1 orang
i.          Guru Madrasah Tsanawiyah                       : 34 orang
j.          Guru Madrasah Aliyah                               : 24 orang
Ustadz yang mengajar di Pondok Pesantren Putera Al Falah Banjarbaru ada yang bermukim di pondok, dan sebagian lagi ada yang bermukim di luar pondok. Dari hasil dukomentasi peneliti dari 64 orang ustadz yang mengajar terdapat 37 orang ustadz yang bermukim di pondok dan 27 orang ustadz yang bermukim di luar pondok. Ustadz-ustadz yang bermukim di luar pondok kebanyakan dari mereka berada di daerah sekitar pondok, dan beberapa orang bertempat di daerah Martapura dan Banjarmasin.
Berikut jumlah ustadz berdasarkan satuan pendidikan dan status tinggalnya.
Tabel 5
Data Jumlah Ustadz Pondok Pesantren Putera
Al Falah Banjarbaru Tahun Pelajaran 2013/2014

No
Uraian
Mukim
PP.
Lk.
Pr.

Jumlah

01
Ustadz Tajhizi
12
3
15
0
15
02
Ustadz Wustha
16
17
33
0
33
03
Ustadz Ulya
09
7
16
0
16

Jumlah Ustadz
37
27
64
0
64
            Sumber: TU Pondok Pesantren Putera Al Falah Banjarbaru

Sedangkan karyawan kantor dari 13 orang masing-masing bertugas, antara lain:
1.    Empat orang bertugas sebagai bagian ketata usahaan, dengan perincian, satu orang kepala TU yang mempunyai tiga orang staf, masing-masing dari staf menangani administrasi tingkatan Ulya, Wustha dan Tajhizi.
2.    Empat orang bertugas sebagai bagian keuangan, dengan perincian, satu orang bertugas sebagai bendaharawan yang mempunyai tiga orang staf, masing-masing staf bertugas sebagai penerima infaq/SPP tingkat Ulya, Wustha dan Tajhizi.
3.    Satu orang bertugas sebagai penjaga bel perpindahan waktu jam pelajaran sekaligus bertugas sebagai tempat penitipan/wesel dan lain-lain.
4.    Satu orang bertugas sebagai petugas kebersihan kantor dan konsumsi.
5.    Satu orang bertugas sebagai kepala dapur.
Dua orang petugas perpustakaan satu orang bertugas sebagai kepala perpustakaan dan yang satunya lagi bertugas sebagai staf.
Adapun karyawan dapur adalah mereka yang betugas menyiapkan dan menyajikan makan setiap hari bagi santri, yaitu tiga kali sehari. Petugas dapur berjumlah 15 orang, 11 diantaranya adalah perempuan dan sisanya adalah laki-laki.
Sementara 6 orang petugas kebersihan adalah mereka yang setiap harinya menjaga kebersihan di komplek Pondok Pesantren Putera. Enam orang ini ada yang bertugas membersihkan sampah, membersihkan saluran air, saluran pembuangan dan mengangkus sampah ke TPA.
Selain itu untuk ketertiban dan keamanan komplek, pontren Al Falah mempunyai 4 orang petugas keamanan/satpam yang bertuga bergiliran selama 24 jam. Dari 4 orang satpam ini satu orang bertugas sebagai koodinator satpam, dan yang lainnya adalah sebagai anggota.
Untuk kelancaran transfortasi baik untuk para ustadz dan santri dan keperluan lainya terutama untuk keperluan dinas, Pondok Pesantren Putera Al Falah mempunyai seorang sopir. Selain itu untuk keperluan santri berkomunikasi dengan keluarga mereka maka disediakan warung telpon yang dijaga oleh seorang karyawan.
Tabel 6
Data Karyawan Kantor, Dapur, Kebersihan, Satpam dan Umum Berdasarkan Mukim & PP

No
Uraian
Mukim
PP
Jumlah
Ket.
1
Karyawan Kantor
11
2
13

2
Karyawan Dapur
14
3
17
3
Karyawan Kebersihan
2
3
5
4
Keamanan/Satpam
0
4
4

5
Penjaga Wartel
1
0
1
6
Sopir
1
0
1
Jumlah
29
12
41

            Sumber: TU Pondok Pesantren Putera Al Falah Banjarbaru
8.    Sarana dan prasarana
Pondok Pesantren Al Falah ini di bangun di atas tanah yang berstatus wakaf luasnya  kurang lebih 15 hektar, terdiri dari 2 lokasi, Putera dan Puteri dengan dibatasi oleh pagar tembok yang tinggi  dan dipasangi kawat berduri di atasnya.
Adapun sarana dan prasarana serta fasilitas pembelajaran di Pondok Pesantren Putera Al Falah Banjarbaru adalah sebagai berikut:
1.        Rung kelas                                             :  37 ruang
2.        Asrama                                                   :  46 ruang
3.        Perumahan guru/ustadz                         :  38 buah
4.        Mushalla                                                :    2 buah
5.        Kapitaria                                                :    1 buah
6.        Mini market                                           :    1 buah
7.        Balai pengobatan                                   :    1 buah
8.        Kantor dewan guru/ustadz                    :    3 buah
9.        Perpustakaan                                          :    2 buah
10.    Gudang                                                  :    2 buah
11.    Asrama karyawan dapur                        :    3 buah
12.    WC/toilet                                               : 100 buah
13.    Kolam mandi                                         :    6 buah
14.    Lapangan sepak bola                             :    1 buah
15.    Lapangan sepak bola mini                     :    1 buah
16.    Lapangan bola volley                             :    2 buah
17.    Lapangan sepak takraw                         :    4 buah
18.    Lapangan basket                                    :    1 buah
19.    Tenis meja                                              :    4 buah
20.    Tempat wudhu                                       :    3 buah
21.    Penginapan                                            :    6 buah
22.    Ruang tunggu berkunjung                     :    1 buah
23.    Watel                                                     :    1 buah
24.    Lab Komputer                                       :    1 buah

25.    Gedung olah raga (GOR)                      :    1 buah

Catatan: Data diambil pada Tahun Pelajaran 2013/2014