Kita
yang pernah belajar di pesantren tentunya tidak asing lagi dengan istilah
berkah. Misalnya yang paling kita ingat adalah ketika berebut sisa makanan atau
minuman para guru kita.
Kata berkah atau dalam bahasa arab barokah berarti
'bertambah'. Ungkapan lainnya adalah 'tabaruk' atau 'tabarukan', yang bisa
diatrikan 'mengambil' atau 'mencari berkah'. Ngalap berkah dalam istilah
Jawanya.
Berkah atau barokah dalam bahasa Arab diartikan
dengan ziyadatul khair, yaitu bertambahnya kebaikan
pada diri seseorang. Adapun makna barokah dalam Alquran dan sunnah adalah
langgengnya kebaikan.
Dalam
praktiknya, usaha santri dalam meraih keberkahan tidak hanya dengan belajar
saja, artinya yang berkaitan dengan keilmuan saja. Tetapi juga dalam bentuk
seperti yang disebutkan tadi di atas, bisa juga dalam bentuk berziarah ke makam
guru, kiai atau orang alim, berdo'a, mengaji, atau tahlilan.
Tabarukan,
mengambil berkah juga bisa minta do'akan kepada guru, kiai atau orang alim
tadi, karena kaum santri meyakini bahwa do'a mereka mustajab lantaran kezuhudan
dan kealimannya. Nilai dan restu dari guru, kiai dan orang alim bagi para
santri tidak bisa ditukar dengan materi.
Mencium
tangan para guru, kiai atau orang alim juga bentuk tabarukan lainnya yang
dilakukan oleh kaum santri. Tidak hanya sampai di situ, bahkan menyusun atau
menata sandal (alas kaki) dengan menghadapkannya ke arah guru, kiai atau orang
alim ketika mereka ke masjid atau di suatu majlis.
Bahkan,
dalam kebiasaan santri, keberkahan juga bisa dikaitkan dengan membawa oleh-oleh
ketika acara selamatan atau hajatan selesai dilaksanakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar