Minggu, 03 Februari 2019

Kuta Bataguh: Sebuah Kerajaan yang Hilang




Cerita tentang sebuah kota yang hilang (the lost city) yang kemudian ditemukan kembali dengan cara-cara yang tidak terduga. Berawal dari penemuan tembikar seperti dalam film The Lost City of Z, terjadi juga di kampung kami Handil Kota Kelurahan Pulau Kupang Kecamatan Bataguh Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah.

Kejadiannya hampir sama, sekitar akhir tahun 80-han, seorang petani pendatang yang keheranan setiap kali meratakan tanah atau membikin bedengan dengan peralatan tani tradisionalnya, seperti cangkul dan lain-lain menemukan berbagai macam jenis tembikar. Dengan iseng petani ini mencoba mengais-ngais tanah dan mencermatinya dengan seksama, tiba-tiba ia melihat pancaran cahanya kekuning-kuningan dari balik tumpukan tanah. Kemudian ia memungutnya untuk meyakinkan, ternyata betul saja, benda itu adalah emas, logam mulia yang sangat bernilai.

Kalau dalam film The Lost City of Z sang penemu, karena rasa penasaran membawanya pada penyelidikan. Penyelidikan menjelma menjadi petualangan. Petualangan melahirkan cerita untuk dikenang terlepas dari sang petualang berhasil atau gagal. Di sini justeru temuan artefak sejarah yang amat sangat bernilai ini diserbu oleh masyarakat beramai-ramai. Apalagi kalau bukan karena kilauan si logam mulia ini. Walaupun yang mereka kejar adalah emas, tetapi semua benda-benda peninggalan bersejarah itu ikut hancur seiring dengan makin meluasnya wilayah eksplorasi.

Sebenarnya penemuan yang tidak disadari tentang situs sejarah ini sudah jauh terjadi sebelum ditemukan emas yang kebanyakan dalam bentuk jadi atau dalam bentuk leburan itu. Hampir semua masyarakat disekitar situs mencabuti dan mengambil kayu ulin bekas benteng sisa peninggalan kerajaan yang disebut dengan ‘Kuta’ itu. Kayu-kayu itu sebagian telah dijadikan sebagai bahan membuat rumah oleh penduduk sekitar. Salahkan mereka? Saya kira kurang tepat dan agak terlambat mempersalahkan mereka.

Sebagian penduduk yang lahir belakangan di wilayah ini kurang begitu mengerti dengan sebutan ‘kuta’, banyak diantaranya mengartikan kata kuta dengan kota. Mereka mengira bahwa dahulunya di daerah ini merupakan sebuah kota yang kini sudah ditinggalkan oleh penduduknya entah ke mana. Padahal kata kuta sendiri bermakna benteng dalam bahasa Dayak. Kesalahan itu terlihat pada penulisan nama kampung kami dengan nama Handil Kota, bukan Hadil Kuta.

Beberapa tahun terakhir, setelah aktifitas ‘penambangan’ sudah tidak ada lagi, karena emas yang dicari sudah habis dan lokasi bekas penambangan sudah menjadi hutan kembali, beberapa orang Tim Arkeologi dari Balai Arkeologi Kalimantan Selatan bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Tengah datang meneliti situs Kerajaan Bataguh ini. Menurut hasil laporan dari penelitian, yang tersisa dari benteng dan benda-benda lainnya hanya sekitar 5 persen saja. Sementara 95 persenya diduga telah hilang atau bisa juga sebagiannya masih tertimbun di dalam tanah.

Menariknya, walaupun situs ini nyaris tidak tersisa tapi bekas-bekasnya dapat terlihat melalui poto satelit. Anda dapat melihatnya melalui aplikasi google map, bekas kerajaan tersebut terlihat bundar menyerupai telur dengan luas hampir 5.000 meter. Kalau melihat dari luasannya situs Kuta Kerajaan Bataguh ini merupakan penguasa besar. Jika dibandingkan dengan kuta yang lain seperti yang ada di Kabupaten Gunung Mas. Dari sejumlah artefak yang ditemukan oleh masyarakat setempat seperti alat kayu pemintal, manik-manik dan logam. Termasuk temuan artepak kayu ulin yang digali oleh tim arkelog sendiri. Kayu ulin tersebut usianya diperkirakan 700 tahun masehi.



Uniknya lagi kerjaan Bataguh dulunya dipimpin seorang wanita cantik. Namanya Nyai Undang. Dia seorang raja yang cantik dan berambut panjang. Nyai Undang selain berani juga terkenal sakti.

Untuk artikel lainnya tentang Kerjaan Nyai Undang ini, silahkan diklik pada tautan ini: https://www.kompasiana.com/muhamadramli/5a8ab734f13344290b06d725/the-lost-city-menelusuri-jejak-nyai-undang-dari-kuta-bataguh


2 komentar:

  1. Sangat disayangkan banyak benda2 bersejarah hilang, semoga pemda bisa menggali situs sejarah nenek moyang sehingga generasi muda khususnya orang dayak mengetahui. Bangga menjadi orang Dayak.

    BalasHapus