Guru Sani, pendiri pondok
pesantren Al Falah terkenal sebagai seorang figur yang sangat dipercaya
oleh masyarakat di zamanya, karena kejujuran dan itegritas serta
kepribadian yang terpuji yang dimiliknya. Beliau sering, dan bahkan
secara rutin meminta bantuan sumbangan dari para pedagang di pasar-pasar
di dekat kediaman beliau. Konon Guru Sani sempat diberi gelar sebagai
tukang tagih pajak (penadah pajak) disebabkan ketegasan beliau dalam
melaksanakan penagihan, Guru Sani bahkan
menentukan sediri besaran yang harus disumbangkan oleh para dermawan.
Karen itulah Guru Sani sangat dikenal oleh para pedagang, khususnya
masyarakat Alabio, dan dianggap sebagai tuan guru mereka.
Pada bulan puasa Guru Sani juga suka menjamu berbuka puasa masyarakat
di sekitar langgar beliau. Sepanjang hidup beliau tercatat sebanyak 22
kali berhaji baik sendiri maupun membawa rombongan. Pada tahun 1980 Raja
Arab Saudi memberikan sumbangan sebesar Rp. 63.704.110 dari dana ini
kemudian dibangunkan asrama di pondok pesantren Al Falah Putra oleh
beliau.
Konon K.H. Muhammad Sani berteman karib dengan Dr.K.H.
Idham Chalid seorang tokoh NU asal Kalimantan Selatan. Suatu saat Guru
Sani, begitu ia sering disapa, dipercayakan oleh Idham Khalid untuk
membangun sebuah Madrasah di Jakarta yang diberi nama Darul Ma’arif.
Setelah pembangunan madrasah selesai, Guru Sani ditawari oleh Idham
Chalid untuk memimpin madrasah tersebut. Namun tawaran Idham Chalid
ditolak dengan halus.
Beliau mengatakan bahwa masyarakat
Kalimantan Selatan masih perlu perhatian dalam hal pendidikan. Menurut
pandangan Guru Sani masyarakat Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan
masih sangat tertinggal jauh jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain
di Nusantara ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar