Jumat, 22 Desember 2017

IBU

Ibu, Di usia senjamu tidak jua pernah pudar kasih sayangmu kepadaku.
Ibu, betapa beruntung aku masih bisa merasakan hangatnya dekapanmu.
Ibu, tangamu yang sudah keriput dan tak lagi lembut seperti dulu, ku rasa tak berubah sedikitpun hangatnya saat kau usap dan kau elus kepalaku.


Ibu, ketika ku pulang jauh dari perantauan, ketika ku pejamkan mataku, merebahkan kepalaku di pangkuanmu, dalam pejam mataku, anganku menerawang jauh kebelakang.

Betapa engkau adalah pahlawanku, merawat, membimbing, guru sejati yang mengajari benar-benar tentang arti hidup.

Walau, tak terhitung lagi berapa banyak kekecewaan yang engkau dapat karena olah anakmu ini, tiada jua memudar kasih sayangmu.

Ibu, engkau adalah pejuang sejati, apapun rela kau lakukan demi anakmu ini, tetapi apa jua yang bisa ku balas untuk semua itu, tidak ada…

Diusia senjamu, apa yang dapat aku lakukan untukmu, tidak banyak….sedikit sekali, jauh terlampau banyak pengorbananmu untukku.
Kini malah aku lebih banyak memikirkan tentang pekerjaanku, tentang keluargaku, daripada memikirkan tentang keadaanmu.
Tak terasa, mengalir air mata ini, betapa kasih sayangmu tak bisa kulukiskan dengan apa juapun. Tercekat lidah ini, kerongkongan rasanya kering, jauh di dalam dada sana, seolah ada sesuatu yang ingin membuncah seandainya tidak kusadari bahwa aku bukan anak-anak lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar